EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) adalah sebuah program kerjasama Kementrian Kesehatan RI dan USAID selama lima tahun (2012-2016) dalam rangka mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Untuk menunjang program tersebut dibuatlah sebuah program Sistem informasi jejaring rujukan Expandung Maternal and New Born Survival (Sijari EMAS) merupakan sistem yang digunakan untuk melakukan pengawasan dan rujukan pada kasus ibu hamil.
Dalam acara kunjungan itu sambutan disampaikan oleh dr. Mambo dan dr. Dyah sebagai TIM EMAS kabupaten Banyumas , Dr. Lilijani (Wakil Direktur Pelayanan dan Kerjasama RSMS) dan Bapak Bambang Wijayanto (Ketua Tim Emas Pusat). Selain itu hadir juga ICT EMAS Jakarta, Taufik Sitompul (ICT EMAS Sumatera Utara), Carwoto (ICT EMAS Jawa Tengah), Heri Purnomo (ICT EMAS Jawa Barat), Deni Junaedi (ICT EMAS Banten, Tangerang dan Serang), Roni (ICT EMAS Jawa Timur), Rani Hastanty (Support Emas) ,Mr. Christ Kelly (IT USAID), Hesti (QIS Emas), Irwan selaku CSSC(Civil Society Sthrengthening Coordinator) Banyumas, Dr. Daliman, Sp.OG (K) Fetomaternal beserta Staf.
RSMS, merupakan salah satu rumah sakit vanguard di Jawa Tengah yang dipercaya untuk dikunjungi dalam pembelajaran best practice dari pengguna Sijari Emas, walaupun sebenarnya masih diakui masih banyak kekurangan dan sepertinya belum layak sebagai tempat pembelajaran. Akan tetapi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah Jawa Tengah Barat Selatan salah satu programnya yaitu Sijari Emas (lebih dikenal sebagai komunikasi system rujukan dari hulu ke hilir dari bidan desa/PKM ke rumah sakit) agar angka kematian ibu hamil dan bayi baru lahir dapat ditekan.
Program Sijari Emas telah diawali pada bulan Juni tahun 2013 oleh IT RSMS dan Tim Ponek RSMS yang didampingi oleh DTL Banyumas, QIC Banyumas, CSSC Banyumas dan PLT Provinsi Jawa Tengah dimana RSMS mendapat software dari Emas, akan tetapi peralatan dan SDM dari RSMS yang menyiapkan dan selalu dievaluasi terus menerus baik ke dalam maupun bekerja sama dengan dinas kesehatan dan DTL Banyumas diman perlu diketahui sebelum program Sijari Emas diterapkan RSMS telah memulai sistem informasi dan komunikasi rujukan ini dengan sms dan telepon yang bisa langsung ke VK IGD, ruang maternal dan ruang neonatal.
Dalam sambutannya, bapak Bambang Wijayanto menyampaikan pada akhir tahun sampai dengan saat ini jumlah pasien yang dirujuk menggunakan program EMAS terdapat peningkatan signifikan. Dengan EMAS maka informasi dapat tercatat secara terstruktur (dari pasien sebelum di rujuk sampai pasien dirujuk kembali / selesai di lakukan perawatan). Respon time yang dihasilkan dalam menjawab rujukan kurang dari 10 menit padahan pasien rujukan banyak. ICT Emas ingin berbagi cara mengaplikasikan EMAS di provinsi lainnya, seperti SOP (Standar Operasional Prosedur) penanganan konsultasi dokter karena di provinsi lainnya masih sulit di aplikasikan program EMAS secara keseluruhan (dalam hal ini hanya sampai rujukan, tidak sampai perawatan/rujukan balik).
Setelah acara di aula TIM ICT Emas langsung berkunjung ke IGD (Kamar Bersalin) untuk meninjau dan berdiskusi tentang pengembangan program EMAS agar lebih baik. Setelah itu TIM berkunjung ke ruang Flamboyan (Ruang perawatan Ibu Melahirkan) untuk berdiskusi dengan perawat tentang EMAS, seperti kendala-kendala yang dihadapi dalam entry data EMAS sampai dengan masukan untuk menambahkan tambahan untuk program rujuk balik dan perawatan setelah pasien dirawat.
Dalam acara kunjungan itu sambutan disampaikan oleh dr. Mambo dan dr. Dyah sebagai TIM EMAS kabupaten Banyumas , Dr. Lilijani (Wakil Direktur Pelayanan dan Kerjasama RSMS) dan Bapak Bambang Wijayanto (Ketua Tim Emas Pusat). Selain itu hadir juga ICT EMAS Jakarta, Taufik Sitompul (ICT EMAS Sumatera Utara), Carwoto (ICT EMAS Jawa Tengah), Heri Purnomo (ICT EMAS Jawa Barat), Deni Junaedi (ICT EMAS Banten, Tangerang dan Serang), Roni (ICT EMAS Jawa Timur), Rani Hastanty (Support Emas) ,Mr. Christ Kelly (IT USAID), Hesti (QIS Emas), Irwan selaku CSSC(Civil Society Sthrengthening Coordinator) Banyumas, Dr. Daliman, Sp.OG (K) Fetomaternal beserta Staf.
RSMS, merupakan salah satu rumah sakit vanguard di Jawa Tengah yang dipercaya untuk dikunjungi dalam pembelajaran best practice dari pengguna Sijari Emas, walaupun sebenarnya masih diakui masih banyak kekurangan dan sepertinya belum layak sebagai tempat pembelajaran. Akan tetapi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah Jawa Tengah Barat Selatan salah satu programnya yaitu Sijari Emas (lebih dikenal sebagai komunikasi system rujukan dari hulu ke hilir dari bidan desa/PKM ke rumah sakit) agar angka kematian ibu hamil dan bayi baru lahir dapat ditekan.
Program Sijari Emas telah diawali pada bulan Juni tahun 2013 oleh IT RSMS dan Tim Ponek RSMS yang didampingi oleh DTL Banyumas, QIC Banyumas, CSSC Banyumas dan PLT Provinsi Jawa Tengah dimana RSMS mendapat software dari Emas, akan tetapi peralatan dan SDM dari RSMS yang menyiapkan dan selalu dievaluasi terus menerus baik ke dalam maupun bekerja sama dengan dinas kesehatan dan DTL Banyumas diman perlu diketahui sebelum program Sijari Emas diterapkan RSMS telah memulai sistem informasi dan komunikasi rujukan ini dengan sms dan telepon yang bisa langsung ke VK IGD, ruang maternal dan ruang neonatal.
Dalam sambutannya, bapak Bambang Wijayanto menyampaikan pada akhir tahun sampai dengan saat ini jumlah pasien yang dirujuk menggunakan program EMAS terdapat peningkatan signifikan. Dengan EMAS maka informasi dapat tercatat secara terstruktur (dari pasien sebelum di rujuk sampai pasien dirujuk kembali / selesai di lakukan perawatan). Respon time yang dihasilkan dalam menjawab rujukan kurang dari 10 menit padahan pasien rujukan banyak. ICT Emas ingin berbagi cara mengaplikasikan EMAS di provinsi lainnya, seperti SOP (Standar Operasional Prosedur) penanganan konsultasi dokter karena di provinsi lainnya masih sulit di aplikasikan program EMAS secara keseluruhan (dalam hal ini hanya sampai rujukan, tidak sampai perawatan/rujukan balik).
Setelah acara di aula TIM ICT Emas langsung berkunjung ke IGD (Kamar Bersalin) untuk meninjau dan berdiskusi tentang pengembangan program EMAS agar lebih baik. Setelah itu TIM berkunjung ke ruang Flamboyan (Ruang perawatan Ibu Melahirkan) untuk berdiskusi dengan perawat tentang EMAS, seperti kendala-kendala yang dihadapi dalam entry data EMAS sampai dengan masukan untuk menambahkan tambahan untuk program rujuk balik dan perawatan setelah pasien dirawat.