13 July 2015

Sosialisasi Aplikasi Penilaian Kinerja

Untuk menunjang insentif berbasis kinerja maka perlu adanya penilaian kinerja. Proses penilaian kinerja yang biasanya dilakukan secara manual mengalami beberapa kendala seperti misalnya terlambat penyampaian penilaian, berkas penilaian hilang atau tercecer, malu saat memberi nilai dan beberapa kekuarngan lainnya. Oleh karena itu maka dibuatlah aplikasi khusus yang digunakan untuk penilaian kinerja.

Senin, 13 Juli 2015 telah diadakan sosialisasi aplikasi penilaian kinerja pegawai yang dihadiri oleh semua Kepala Instalasi dan Kepala Ruang Perawatan, bertempat di Aula Satu RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Acara ini dibuka oleh Wadir Umum dan Keuangan Ibu Yunita Dyah Suminar, S.KM, M.Sc, M.Si, dalam sambutannya beliau menyampaikan agar Kepala Instalasi dan Kepala Ruang Perawatan dapat melakukan penilaian kinerja pegawai di unit kerja masing-masing secara objektif dan aktual.

Sosialisasi ini diberikan kepada Kepala Instalasi dan Kepala Ruang Perawatan, dalam himbauannnya entry penilaian kinerja dilakukan paling lambat tanggal 5 setiap bulannya. Penilaian mencakup kedisiplinan, kompetensi , dan target kinerja pegawai. Tujuan dari aplikasi tersebut sebagai pendukung peningkatan profesionalisme pegawai RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Aplikasi tersebut disambut antusias oleh peserta sosialisasi.

30 June 2015

Perpanjangan Lisensi INACBG 4.1 (Lisence Expired Please Contact NCC)

Bagi Rumah sakit pemberi pelayanan kesehatan (PPK) kepada peserta BPJS Kesehatan tentu tahu aplikasi INACBG. Ya.. aplikasi yang diterbitkan oleh kementerian kesehatan untuk melakukan grouping atas pelayanan kesehatan yang telah di lakukan kepada pasien sehingga memunculkan tarif yang harus di klaimkan kepada BPJS Kesehatan.

Kita juga tentu tahu bahwa aplikasi ini memiliki tenggang waktu penggunaan, akhir tenggang waktu penggunaan ditandai dengan berakhirnya lisensi penggunaan groupr tersebut. Penggunaan lisensi dimaksudkan untuk mengontrol versi grouper yang beredar atau yang digunakan oleh Rumah sakit. Dengan adanya masa izin pakai inacbg dapat diketahui versi grouper yang beredar dan digunakan oleh Rumah sakit.

Mengapa perlu di kontrol? karena aplikasi grouper inacbg masih terus dikembangkan agar lebih sempurna. selain aplikasinya juga tarif INACBG terus di evaluasi paling cepat satukali dalam 6 bulan. Nah Jika versioning tidak di kontrol tanpa dengan penggunaan lisensi bisa jadi versi yang digunakan oleh kita adalah versi yang sudah usang, yang sudah tidak sesuai lagi dengan algoritma grouping atau bahkan tarif yang terbaru. Oleh karena itulah maka di gunakan versioning.

Hari ini 30 Juni 2015 adalah akhir dari masa pakai untuk inacbg versi 4.1 dengan versi grouper 3.2 dan nomor seri 1.554. Maka jangan kaget jika saat grouping muncul pesan Lisence Expired. Tidak perlu juga menghapus folder tertentu agas aplikasi bisa jalan kembali. Hal itu tidak akan menolong karena memang masa pakainya sudah habis.

Update Grouper (INACBG)


Silahkan update grouper dengan terlebih dahulu mendownload update aplikasi grouper dari website BUK disini . Silahkan lengkapi persyaratan yang diperlukan jika memang belum lengkap, kemudian masukan kode RS kedalam form isian dan beri tanda centang pada pilihan Setuju, kemudian klik Download. Jika berhasil maka proses download akan dimulai, file yang di download bernama INACBG Grouper v3.0.2s.rar. Gunakan aplikasi Winrar dan ekstrak ke folder tertentu di. Didalamnya ada file bernama INACBG Grouper v3.0.2s.exe jalankan file tersebut sampai selesai.

Untuk mengurangi trafik bandwidth di server BUK, atau lambatnya proses download update perpanjangan lisensi juga dapat di download disini

Proses update Selesai....

28 March 2015

Aplikasi Bridging SIMRS Dengan INACBGs 4.1

Sejak berlakunya JKN yang menggabungkan pembiayaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah mulai dari JAMKESMAS, ASKES, Asabri dan lain-lain menjadi satu memberikan dampak bagi Rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dalam proses pengajuan klaim. Sisi baiknya menurut saya semua klaim menggunakan model casemix, sehingga tidak perlu memilah-milah pelayanan mana yang dijamin atau tidak. Atau memeriksa apakah biaya melebihi plafon jaminan atau tidak. Sementara bagian tidak enaknya adalah semua klaim harus di entry satu persatu ke aplikasi INACBG yang dibuat oleh Kementerian kesehatan. Dan yang paling menyulitkan adalah penulisan Nomor SEP dan Nomor Peserta karena memiliki deret angka yang panjang. Pada tahap awal implementasi JKN di RS tempat saya, kesalahan terbesar adalah meamsukan No. SEP dan No. Peserta yang hampir mencapai 80%, sehingga tidak lolos purifikasi. Kesulitan lainnya bagi RS yang sudah memiliki SIMRS adalah kesulitan mendapatkan nilai klaim perpasien hasil grouping dari aplikasi INACBG, sehingga proses perhitungan pendapatan dan lain-lain sedikit terhambat.

Sebelumnya pernah di tulis tentang Integrasi Aplikasi INACBG dan RSSEP disini. Meski tulisan tersebut untuk versi 4.0 namun masih berlaku juga untuk versi 4.1.

Beberapa ada yang bertanya apa saja yang dapat dilakukan atau manfaat bridging SIMRS-INACBG? Berikut ini adalah bebrapa manfaatnya.

Pada saat ini RS kami sudah berhasil mengimplementasikan bridging SIMRS dengan 2 sistem terkait lainnya yaitu SIMRS dengan RSSEP, SIMRS dengan INACBG dan RSSEP dengan INACBG. Berikut beberapa fitur aplikasi Bridging yang dapat membantu meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses klaim.

  • Purifikasi dilakukan melalui aplikasi Bridging.

  • Jika SIMRS juga sudah bridgin dengan RSSEP dalam proses pembuatan SEP, maka akan lebih terjamin kebenaran nomor SEP dalam sistem jika dibandingkan dengan entry nomor secara manual. Namun demikian pengecekan ulang tetap dilakukan untuk menghindari kemungkinan adanya perubahan selama proses pelaksanan pelayanan.

  • Pengiriman dilakukan secara masal

  • Dengan dibuatnya aplikasi bridging pelaksanaan grouping dapat dilakukan secara masal untuk periode tertentu, misalnya setiap hari atau dua hari sekali. Misalnya untuk pelayanan rawat jalan, proses grouping dapat dilakukan hari berikutnya atau di akhir hari pelayanan.

  • Pemeriksaan Validasi data sesuai ketentuan INACBG

  • Validasi data yang dimaksud diantaranya adalah Diagnosa utama, Cara Pulang, Berat lahir untuk kasus Bayi, Umur Pasien, Jenis kelamin, tanggal lahir pasien, Length of Stay, Tanggal masuk, tanggal keluar dan lain-lain sesuai mandatory INACBGs.

  • Mendapatkan tarif INACBG baik yang naik kelas ataupun sesuai jatah kelas

  • Proses bridging SIMRS-INACBG memungkinkan SIRS untuk mendapatkan data tarif INACBG langsung dari software INACBG. Data tarif ini dapat digunakan untuk evaluasi klaim, penghitungan pendapatan dan lain-lain sesuai kebutuhan. Dengan adanya tarif ini juga SIMRS dapat langsung menghitung Urun biaya yang harus dibayar oleh pasien jika naik kelas.

  • Memberi peringatan akan adanya Special CMG

  • Apliasi dapat memberi peringatan kepada user jika data pasien tersebut memungkinkan untuk adanya penambahan Spesial CMG. Spesial CMG dapat diketahui jika telah dilakukan grouping. Dengan adanya peringatan ini petugas dapat memeriksa data-datanya kembali. Dengan demikian kemungkinan kerugian akibat tidak diklaimnya spesial cmg dapat diminimalisir.

  • Revisi Data Klaim

  • Biasanya dalam sekali klaim ada beberapa data yang diminta dirubah oleh verifikator. Dengan menggunakan aplikasi ini kita bisa langsung mengetahui data-data yang harus dilakukan revisi secara langsung melalui aplikasi dan langsung melakukan perubahan. Data klaim juga mungkin berbeda dengan data medis sesuai catatan dokter, data klaim dan data catatan medis dapat dipisah.

  • Parsing Data INACBG

  • Setelah dilakukan pengiriman kita dapat melihat langsung atau membuktikan bahwa data telah terkirim ke aplikasi inacbg melalui aplikasi inacbg. Selain itu juga kita dapat melihat secara langusung data dari server inacbg melalui mekanisme parsing. Parsing ini sama persis dengan yang dilakukan oleh aplikasi RSSEP pada saat melakukan purifikasi sebelum dilakukan verifikasi oleh verifikator. Proses purifikasi ini dimungkinkan bagi verifikator yang sudah bridging antara INACBG dan RSSEP.

  • Cetak Data Individual

  • Kita dapat melakukan pencetakan data individual sesuai kebutuhan. Dalam aplikasi inacbg kita harus mencetak data individual satu persatu atau semua. Dengan adanya bridging kita dapat mencetak sesuai kebutuhan, misalnya Severity Level 3 saja, atau SL2 saja atau hanya yang lolos verifikasi dan lain-lain.

  • Evaluasi Klaim

  • Jika dikombinasikan dengan bridging SIMRS-RSSEP kita dapat melakukan pengecekan apakah data yang kita kirim sudah dilakukan proses verifikasi oleh verifikator atau belum. bahkan bisa tahu apakah lolos verifikasi atau tidak. Dengan fitur ini kita bisa tahu jika ada data yang terlewat oleh verifikator. Biasanya yang kita lakukan adalah memeriksa berkas klaim, namun ini akan terhambat jika ada berkas yang hilang atau terselip. Dengan aplikasi ini kita pengecekan kita tidak hanya berdasarkan berkas. Selain itu proses pemmeriksaannya lebih mudah karena dilakuan dengan aplikasi.

  • Evaluasi hasil verifikasi data klaim

  • Fitur ini digunakan untuk memeriksa hasil verifikasi akhir. Sehingga dapat diketahui berapa yang lolos verifikasi dan berapa yang tidak lolos verifikasi. Bahkan jika ada data klaim yang terlewat belum dilakukan verifikasi akan terlihat. Data ini dapat dijadikan pembanding dengan data yang diterima dari verifikator.


    Sebenarnya masih ada beberapa fitur yangdapat dikembangkan sendiri sesuai kebutuhan masing-masing RS dan kreatifitas pengembang. Semoga tulisan ini dapat dijadikan inspirasi untuk pembuatan aplikasi bridging SIMRS.

    Bagi temen-teman RS yang akan melakukan bridging boleh diskusi disini atau silahkan datang ke RS Tempat saya di sini atau bergabung dengan group SIRS dan Casemix. Terimakasih juga buat temen-temen yang sudah mengembangkan aplikasi bridging bersama saya di RS masing-masing.

11 March 2015

Terima Study Banding Enam Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah

RSUD milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta, RSUD Tugurejo Semarang, RSDJ Dr. RM Soedjarwadi Klaten, RSUD Kelet, RSUD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan RSDJ Surakarta hari itu ramai-ramai berkunjung ke RSMS yang juga sebenarnya merupakan RSUD milik pemerintah provinsi Jawa Tengah dalam rangka Study Banding perihal sistem informasi rumah sakit terintegrasi. Karena luasnya cakupan sistem yang ditinjau, studi banding 6 Rumah Sakit ini berlangsung selama 2 hari. Gambar diatas adalah suasana saat pemaparan SIMRS di Aula.

Studi banding dimulai dengan pemaparan dari RSMS yang dilakukan oleh wakil direktur umum dan keuangan, kepala bidang penunjang medis, kepala perencanaan dan unit-unit terkait. Setelah pemaparan dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab antara peserta dengan RSMS. Puas dengan pemaparan dan diskusi, peserta kemudian diajak meninjau langsungke lapangan untuk melihat langsung proses jalannya SIMRS dalam pelayanan. Namun karena waktu yang sempit akhirnya peninjauan dilanjutkan keesokan harinya.

Study banding dilanjutkan pada hari berikutnya masih peninjauan langsung SIM RS, seperti tentang klaim BPJS yang digunakan. Pada pemrosesan BPJS yang menggunakan sistem integrasi aplikasi SIMRS dengan INA CBG’s dan BPJS dengan sistem bridging. Pada proses top up dijelaskan aplikasi sudah dapat menggambarkan jumlah terklaim, daftar ajuan yang harus dilakukan perbaikan data klaim, jumlah data terklaim dan jumlah data yang tidak terklaim. Gambar disamping adalah saat peninjauan sistem bridging SIMRS- RSSEP - INACBG di Rekam Medik.

RSMS juga mengembangkan Aplikasi E-planning sebagai sarana perencanaan program dan kegiatan tahunan yang berbasis bottom up planning dan mengacu pada Rencana Strategis Rumah Sakit. Setelah diskusi BPJS dilanjutkan dengan diskusi sistem pembagian jasa pelayanan yang digunakan RSMS, terutama cara pembagian hasil klaim dan cara pembagiannya. Dijelaskan sistem pembagian jasa pelayanan yang digunakan dengan aplikasi SIMRS, serta publikasi rincian penerimaan jasa pelayanan yang diterima oleh dokter secara online melalui media internet. Dengan demikian dokter dapat melihat rincian daftar pasien yang dilayani beserta nilai jasa yang diterima oleh dokter tersebut.

Sistem pembagian jasa pelayanan struktural didasarkan pada kinerja pejabat struktural. Penilaian kinerja dilakukan oleh semua pejabat struktural baik atasan, dirinya sendiri, pejabat yang sejajar dan juga dinilai oleh semua bawahannya. Penilaian dilakukan secara langsung menggunakan Aplikasi Penilaian Struktural. Nilai jasa pelayanan pejabat struktural pun dapat dia akses secara online melalui media internet dengan rincian penerimaan secara detail. Gambar disamping saat penjelasan dilapangan tentang komputerisasi sistem pelayanan BPJS Kesehatan mulai dari pendaftaran, pelayanan bridging INACBG, verifikasi sampai perhitungan Jasa Pelayanan secara komputerisasi dan terintegrasi di ruang verifikasi.

Semoga dengan study banding ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan peserta dan meningkatkan pelayanan rumah sakit. Terima kasih juga kepada tim IT RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS). Disamping adalah tim IT RSMS.

03 February 2015

Terima Kunjungan Tim ICT EMAS

EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) adalah sebuah program kerjasama Kementrian Kesehatan RI dan USAID selama lima tahun (2012-2016) dalam rangka mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Untuk menunjang program tersebut dibuatlah sebuah program Sistem informasi jejaring rujukan Expandung Maternal and New Born Survival (Sijari EMAS) merupakan sistem yang digunakan untuk melakukan pengawasan dan rujukan pada kasus ibu hamil.

Dalam acara kunjungan itu sambutan disampaikan oleh dr. Mambo dan dr. Dyah sebagai TIM EMAS kabupaten Banyumas , Dr. Lilijani (Wakil Direktur Pelayanan dan Kerjasama RSMS) dan Bapak Bambang Wijayanto (Ketua Tim Emas Pusat). Selain itu hadir juga ICT EMAS Jakarta, Taufik Sitompul (ICT EMAS Sumatera Utara), Carwoto (ICT EMAS Jawa Tengah), Heri Purnomo (ICT EMAS Jawa Barat), Deni Junaedi (ICT EMAS Banten, Tangerang dan Serang), Roni (ICT EMAS Jawa Timur), Rani Hastanty (Support Emas) ,Mr. Christ Kelly (IT USAID), Hesti (QIS Emas), Irwan selaku CSSC(Civil Society Sthrengthening Coordinator) Banyumas, Dr. Daliman, Sp.OG (K) Fetomaternal beserta Staf.

RSMS, merupakan salah satu rumah sakit vanguard di Jawa Tengah yang dipercaya untuk dikunjungi dalam pembelajaran best practice dari pengguna Sijari Emas, walaupun sebenarnya masih diakui masih banyak kekurangan dan sepertinya belum layak sebagai tempat pembelajaran. Akan tetapi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah Jawa Tengah Barat Selatan salah satu programnya yaitu Sijari Emas (lebih dikenal sebagai komunikasi system rujukan dari hulu ke hilir dari bidan desa/PKM ke rumah sakit) agar angka kematian ibu hamil dan bayi baru lahir dapat ditekan.

Program Sijari Emas telah diawali pada bulan Juni tahun 2013 oleh IT RSMS dan Tim Ponek RSMS yang didampingi oleh DTL Banyumas, QIC Banyumas, CSSC Banyumas dan PLT Provinsi Jawa Tengah dimana RSMS mendapat software dari Emas, akan tetapi peralatan dan SDM dari RSMS yang menyiapkan dan selalu dievaluasi terus menerus baik ke dalam maupun bekerja sama dengan dinas kesehatan dan DTL Banyumas diman perlu diketahui sebelum program Sijari Emas diterapkan RSMS telah memulai sistem informasi dan komunikasi rujukan ini dengan sms dan telepon yang bisa langsung ke VK IGD, ruang maternal dan ruang neonatal.

Dalam sambutannya, bapak Bambang Wijayanto menyampaikan pada akhir tahun sampai dengan saat ini jumlah pasien yang dirujuk menggunakan program EMAS terdapat peningkatan signifikan. Dengan EMAS maka informasi dapat tercatat secara terstruktur (dari pasien sebelum di rujuk sampai pasien dirujuk kembali / selesai di lakukan perawatan). Respon time yang dihasilkan dalam menjawab rujukan kurang dari 10 menit padahan pasien rujukan banyak. ICT Emas ingin berbagi cara mengaplikasikan EMAS di provinsi lainnya, seperti SOP (Standar Operasional Prosedur) penanganan konsultasi dokter karena di provinsi lainnya masih sulit di aplikasikan program EMAS secara keseluruhan (dalam hal ini hanya sampai rujukan, tidak sampai perawatan/rujukan balik).

Setelah acara di aula TIM ICT Emas langsung berkunjung ke IGD (Kamar Bersalin) untuk meninjau dan berdiskusi tentang pengembangan program EMAS agar lebih baik. Setelah itu TIM berkunjung ke ruang Flamboyan (Ruang perawatan Ibu Melahirkan) untuk berdiskusi dengan perawat tentang EMAS, seperti kendala-kendala yang dihadapi dalam entry data EMAS sampai dengan masukan untuk menambahkan tambahan untuk program rujuk balik dan perawatan setelah pasien dirawat.